Rabu, 13 Juli 2011

jarak pagar


Menggagas Perekonomian Baru di Madura dengan Budidaya Tanaman Jarak Pagar (Jatropha Curcas)
Oleh: Munawirur Rahman
(Public Relation Staff of Bionas Madura)

Di Indonesia terdapat berbagai jenis tanaman jarak antara lain jarak kepyar (Ricinus communis), jarak bali (Jatropha podagrica ), jarak ulung (Jatropha gossypifolia L.) dan jarak pagar Jatropha curcas). Diantara jenis tanaman jarak tersebut yang memiliki potensi sebagai sumber bahan bakar alternatif adalah jarak pagar (Jatropha curcas) dalam bahasa inggris disebut ”Physic Nut”. Jarak Pagar (Jatropha curcas) seringkali salah diidentifikasi dengan tanaman jarak kepyar (Ricinus communis) dalam bahasa Inggris disebut ”Castor Bean”. Tanaman jarak Jatropha curcas (Physic Nut) dan Ricinus communis (Castor Bean) ini juga sama-sama banyak ditemukan di daerah tropis seperti Indonesia, bahkan dari kedua jenis tanaman ini dapat diperoleh ekstrak minyak dari bijinya. Hanya saja tanaman jarak Ricinus communis seringkali terkait dengan produksi ”ricin” yaitu racun yang berbahaya dan banyak digunakan untuk penelitian terapi penyakit kanker, sedangkan tanaman jarak Jatropha curcas menghasilkan racun ”krusin” tetapi lebih banyak terkait dengan informasi ”biodiesel” atau ”biofuel”. Kedua tanaman ini berbeda baik dalam bentuk morfologi tanaman maupun minyak yang dihasilkannya.
Jarak Pagar juga dikenal dengan nama jarak budeg, jarak gundul, atau jarak cina. Tanaman yang berasal dari daerah tropis di Amerika Tengah ini tahan kekeringan dan tumbuh dengan cepat. Jarak Pagar berbeda dengan Jarak kaliki atau Jarak kepyar atau Jarak kosta (Ricinus communis), yang mempunyai ciri seperti tanaman singkong racun, buahnya berbulu seperti rambutan. Jarak kepyar juga menghasilkan minyak dan digunakan sebagai bahan baku atau bahan tambahan industri cat vernis, plastik, farmasi, dan kosmetika, sehingga sudah lama dibudidayakan secara komersial di Indonesia. Akan tetapi, minyak jarak kepyar tidak cocok digunakan sebagai bahan bakar biofuel karena terlalu kental, jadi hanya bisa digunakan sebagai pelumas. Jarak kepyar atau jarak kaliki (Ricinus communis), merupakan tanaman tahunan berumur pendek ( bianual), berbuah setahun sekali ( terminal ), sedangkan jarak pagar ( Jatropha curcas ) mampu berbuah terus menerus apabila Agroklimatnya mendukung.
Jarak pagar tergolong tanaman liar yang mudah hidup dimana saja sehingga lahan di Madura mempunyai potensi besar untuk mengembangkan budidaya jarak pagar ini. Sejak penanaman, jarak pagar membutuhkan waktu lebih kurang 6 bulan untuk dapat berbuah, setelah itu jarak pagar dapat berbuah terus-menerus hingga berumur 45 tahun sehingga petani jarak pagar mempunyai penghasilan tetap tiap bulan. Selain perawatannya mudah, jarak pagar tidak membutuhkan banyak biaya karena pemupukannya menggunakan pupuk kandang.
Menghadapi krisis BBM dan kenaikan harga BBM di Indonesia, Pemerintah mulai menggali sumber-sumber energi alternatif. Minyak jarak ini pun mulai mendapatkan perhatian serius dari Pemerintah. Ada satu optimisme peluang pasar minyak jarak ini cukup terbuka dengan munculnya pernyataan Direktur Utama Pertamina yang menyebutkan bahwa Pertamina siap menampung minyak jarak dari masyarakat untuk diproses lebih lanjut sebagai Biodiesel. Bahkan Jepang yang terikat komitmen Protokol Kyoto bersiap-siap membeli produk energi alternatif dari minyak jarak ini.
Pengembangan pohon Jarak Pagar untuk diolah menjadi bahan bakar memiliki peluang besar untuk dikembangkan sebagai proyek bisnis di Madura. Sekaligus mendukung upaya clean development mechanism (CDM) atau mekanisme pembangunan bersih lingkungan, seperti diatur dalam Protokol Kyoto.
Kuncinya sekarang adalah bagaimana supaya manfaat peluang besar ini bisa dinikmati oleh para petani dan masyarakat miskin di Madura.